Saturday, April 14, 2018

Hand Hygiene

Diposkan oleh Unknown di 11:16 pm
PENERAPAN STANDARD PRECAUTIONS; HAND HYGIENE PADA PENGUNJUNG SEBAGAI MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN DALAM MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB) DI RUMAH SAKIT


Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian yang terjadi setelah 1.000 bayi lahir hidup sampai berumur kurang dari satu tahun (Rini & Pupitasari, 2014). AKB merupakan jumlah kematian pada 12 bulan pertama kehidupan per 1.000 kelahiran bayi yang dapat menggambarkan kesehatan umum sebuah negara dan digunakan sebagai pembanding perawatan kesehatan dengan tahun sebelumnya atau dengan negara lain (Stright, 2004). AKB adalah tingkat kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup dengan usia < 1 tahun, merupakan salah satu indikator status kesehatan yang berkaitan dengan angka rerata harapan hidup bagi penduduk di setiap daerah (Pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah, 2014).

Hasil survey BKKBN Provinsi Sumatera Selatan (2013) dan Mala (2016) menyebutkan  adanya perbedaan yang besar untuk tingkat kematian bayi di daerah perkotaan dan pedesaan pada sektor sosial ekonomi, dimana dua pertiga kematian bayi terjadi di pedesaan (33% berbanding 18%). AKB di Indonesia pada tahun 2011 adalah 25 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup (World Health Organization, 2012) dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi 32 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup (Kementerian Kesehatan RI, 2013). AKB di Indonesia masih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand (GOI-UNICEF dalam Bappenas, 2010).
Penelitian Kajian Angka Kematian Bayi di Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah (Pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah, 2014) menyebutkan bahwa kematian bayi secara tidak langsung dipengaruhi oleh faktor sosial-ekonomi meliputi faktor maternal, kontaminasi lingkungan, defisiensi nutrisi, faktor pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit, ketersediaan, pemanfaatan, dan kualitas pelayanan atau perawatan antenatal dan post-natal. Penelitian tersebut menambahkan penyebab kematian bayi paling tinggi disebabkan karena infeksi. Selain itu, kesehatan dan kelangsungan hidup bayi, variabel keluarga, konsepsi dan kehamilan, perinatal, serta norma perawatan bayi juga turut mempengaruhi kematian bayi. (Mahadevan dalam Rini & Pupitasari, 2014).
Penyebab kematian bayi berupa kontaminasi lingkungan, defisiensi faktor pencegahan penyakit, dan kualitas pelayanan perawatan bayi memunculkan sebuah kasus kematian bayi yang akhir-akhir ini menjadi fenomena yang meresahkan baik bagi masyarakat maupun tenaga kesehatan. Hal ini tentunya dapat mempengaruhi berjalanannya proses palayanan kesehatan bagi seluruh tenaga kesehatan, khususnya perawat. Untuk itu, perawat dituntut untuk  dapat memberikan perawatan dalam konteks undang-undang praktik perawat, standar perawatan, dan kebijakan yang disusun oleh lembaga tempat ia berpraktik (Stright, 2004).
Kasus kematian bayi yang dimaksud terjadi di Amerika Serikat. Kasus Bayi Mariana Reese Sifrit, seorang bayi usia 18 hari yang meninggal dunia di rumah sakit, terdiagnosa mengalami meningitis HSV-1 akibat tertular virus herpes simpleks melalui kontak langsung (ciuman) para tamu yang berkunjung (UPI dalam news.okezone.com, 19 Juli 2017). Kejadian tersebut merupakan salah satu bukti bahwa kematian bayi disebabkan karena buruknya kualitas pelayanan di rumah sakit akibat kontaminasi lingkungan dan defisiensi faktor pencegahan penyakit, dalam hal ini adalah standard precautions; pencegahan dan pengendalian infeksi. Fenomena kasus kematian bayi di Amerika Serikat tersebut sesuai dengan studi (Metha, 2010) yang menununjukkan rendahnya penerapan standard precautions di rumah sakit. Oleh sebab itu, sangat dibutuhkan adanya manajemen pelayanan untuk mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1690 /MENKES/PER/VIII//2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Dalam Bab IV berisi bahwa pemenuhan sasaran keselamatan pasien, terutama pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan bayi diupayakan bagi seluruh rumah sakit (Permenkes RI, 2011).
Standard precautions adalah kewaspadaan standar yang terdiri dari kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi di semua fasilitas pelayanan kesehatan (World Health Organization, 2008). Sahara (2011) mengatakan standard precautions adalah pencegahan penularan dan pengendalian infeksi secara konsisten di fasilitas kesehatan oleh pasien dan tenaga kesehatan. Standard precautions di rumah sakit dijadikan sebagai tolak ukur mutu pelayanan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya (Purnomo, 2016). Penerapan standard precautions di rumah sakit sangat dipengaruhi oleh manajemen rumah sakit (World Health Organization, 2012). Salah satu komponen dalam penerapan standard precautions yaitu kebersihan tangan (Franklin, 2009).
Penerapan standard precautions, khususnya dalam kebersihan tangan, dapat dilakukan dengan menyediakan fasilitas cuci tangan di setiap ruang, termasuk ruang tunggu di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lain. Fasilitas cuci tangan yang dimaksud diantaranya  air bersih yang mengalir, sabun, dan handuk, atau minimal tersedianya pembersih tangan dengan kandungan alkohol atau handrub (Duerink, 2006). Penerapan standard precautions tidak hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit, tetapi juga melibatkan semua pasien dan pengunjung yang ada di rumah sakit untuk meminimalkan kejadian Healthcare Associated Infections (HAIs) atau yang lebih dikenal dengan infeksi nosokomial (Ward, 2012).
Standard precautions yang dapat dilakukan oleh pengunjung adalah dengan hand hygiene (Benson & Powers, 2011). Pengunjung merupakan komponen yang ada di rumah sakit yang dapat berisiko terkena HAIs atau menjadi sumber HAIs, terutama pengunjung yang bebas keluar masuk rumah sakit (Notoatmodjo, 2005). Penyebaran HAIs dari pasien atau pengunjung (39,6%) lebih tinggi dibandingkan dari petugas kesehatan (20,65%) (Tekereko, 2011). Untuk itu, standard precautions berupa penerapan hand hygiene penting untuk melindungi pasien dari infeksi yang bersumber dari pengunjung atau sebaliknya.
Hand hygiene adalah teknik pencegahan dan pengendalian penularan infeksi paling penting dan mendasar (Potter & Perry, 2005). Hand hygiene merupakan unsur utama upaya mengurangi penularan infeksi (Permenkes RI, 2011). Hand hygiene adalah komponen standard precautions yang paling penting dan merupakan metode paling efektif dalam pelayanan kesehatan terhadap pencegahan penularan infeksi (World Health Organization, 2008). Hand hygiene berupa tindakan mengeliminasi mikroorganisme di tangan dengan efektif melalui pembersihan tangan menggunakan handrub atau handsoap (Squires, et al., 2013).
Hasil observasi Karala & Kurniasari (2015) menunjukkan 6 dari 10 pengunjung tidak mencuci tangan sebelum menjenguk pasien di rawat inap rumah sakit, dan kepada 4 pengunjung yang mencuci tangan, diamati adanya ketidaktepatan dalam langkah cuci tangan yang sesuai dengan standar 6 langkah cuci tangan. Penelitian Fauzia & Handiyani (2014) menyebutkan masih rendahnya pengetahuan pengunjung rumah sakit terhadap langkah dan alasan pentingnya melakukan hand hygiene. Penelitian Afifah (2010) mengungkapkan sebanyak 71,43% keluarga pasien memiliki pengetahuan kebersihan tangan yang rendah dan sebesar 45,45% tidak memiliki perilaku pencegahan infeksi nosokomial dengan hand hygiene. Selain itu, tingkat kepatuhan pengunjung rumah sakit terhadap hand hygiene juga sangat rendah, yaitu hanya 6,1% (Fauzia & Handiyani, 2014).
Penelitian Chen (2007) mengungkapkan rendahnya tingkat kepatuhan orang tua pasien dalam melakukan hand hygiene, yaitu 6,6%. Padahal 93,4% keluarga lebih sering kontak langsung dengan pasien. Hal ini senada dengan penilitian Randle, Arthur, & Vaughan (2010) tentang kepatuhan hand hygiene pasien dan pengunjung yang lebih rendah dibandingkan kepatuhan tenaga kesehatan, yaitu masing-masing 56% dan 57%. Tingkat pengetahuan dan kepatuhan hand hygiene yang sangat rendah memicu diperlukannya upaya peningkatan pengetahuan dan kesadaran pengunjung rumah sakit akan pentingnya hand hygiene.
Upaya meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pengunjung rumah sakit dalam melakukan kebersihan tangan diantaranya dengan pemberian edukasi dan pengingat verbal bagi setiap keluarga, kerabat, maupun teman pasien yang datang. Hal ini pernah diterapkan oleh Rogers, et al. dalam penelitiannya pada tahun 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian edukasi dan pengingat verbal dapat meningkatkan kepatuhan pengunjung dalam hand hygiene yang dibuktikan dengan adanya perubahan kepatuhan dari 63,3% menjadi 75,3% (Rogers, et al., 2009).
Pemberian edukasi hand hygiene secara tertulis dapat dilakukan melalui media poster yang ditempelkan di dinding dekat pintu masuk tiap bangsal (ruang rawat inap), di dinding dekat tempat mencuci tangan (wastafel), maupun di dinding dekat handrub diletakkan. Selain itu, media leaflet dapat disebarkan kepada seluruh pengunjung di bagian pintu masuk rumah sakit dan menghimbau pengunjung untuk memerhatikan informasi yang tersedia. Materi edukasi tentunya berisi tentang pentingnya mencuci tangan, kapan waktu yang mengharuskan untuk mencuci tangan, langkah cuci tangan yang tepat, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencuci tangan, serta apa saja yang dibutuhkan untuk mencuci tangan secara aseptik (Karala & Kurniasari, 2015).
Upaya lain yang dapat dilakukan oleh manajer rumah sakit adalah menyediakan dan melengkapi fasilitas atau sarana untuk mencuci tangan. Kelengkapan fasilitas tersebut dapat berupa air bersih yang mengalir, sabun antiseptik, kertas tisu atau handuk, dan handrub atau handwash (Damanik, dkk, 2011). Pihak rumah sakit juga perlu terlibat dalam menyediakan tempat mencuci tangan yang terjangkau dan mudah diakses sehingga penerapan hand hygiene lebih optimal dan sesuai standar.
Selain itu, perawat juga memiliki andil besar untuk memastikan hand hygiene pada pengunjung tetap berjalan dengan tepat. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang lebih dekat dan lebih sering melakukan perawatan kepada pasien dapat mengambil peran melakukan supervisi kepada pengunjung dalam  mempertahankan agar hand hygiene dapat dilaksanakan dengan benar dan lancar. Supervisi yang dilakukan perawat tidak hanya sebatas mengamati saja, tetapi juga perawat dapat memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga/pengunjung untuk bersama-sama menciptakan tindakan pencegahan infeksi dengan patuh dan taat terhadap pelaksanaan hand hygiene di rumah sakit sehingga akan mempengaruhi kesadaran pengunjung tentang pentingnya hand hygiene terhadap status kesehatan pasien (Sitohang, 2016).
Hasil penelitian Benedetta, et al. (2010) menunjukkan adanya peningkatan kepatuhan hand hygiene sebesar 8% setelah melakukan beberapa pendekatan yang meliputi fasilitasi ketersediaan handrub, wastafel, sabun antiseptik, memberikan edukasi secara berkala, monitoring dan evaluasi pengetahuan hand hygiene, dan memberikan reminder sebagai upaya promosi dan optimalisasi hand hygiene. Sedangkan penelitian Maria (dalam Ernawati, dkk, 2014) menjelaskan supervisi oleh perawat dapat diterapkan untuk menciptakan patient safety karena supervisi mencerminkan kepatuhan kinerja perawat terhadap Standar Prosedur Operasional (SPO) (Rumampuk, et al., 2013). Monitoring atau pengawasan yang berkelanjutan akan mempengaruhi kepatuhan melakukan hand hygiene karena semakin dimonitoring, maka akan semakin mendapat dukungan untuk melakukan perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku (Damanik 2011; Arifin dalam Ernawati, dkk, 2014).
Beberapa upaya yang telah disebutkan di atas dapat diterapkan oleh semua manajer di rumah sakit. Upaya pemberian edukasi hand hygiene, pengingat verbal hand hygiene bagi pengunjung, fasilitasi sarana mencuci tangan, dan supervisi pengunjung terhadap pengetahuan, kemampuan, dan kesadaran melakukan hand hygiene dapat dijadikan pedoman dalam manajemen pelayanan kesehatan, khususnya manajemen keperawatan untuk menekan angka Healthcare Associated Infections melalui penerapan standard precautions yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1690 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.  Sehingga diharapkan tidak ada lagi kasus kematian bayi di rumah sakit yang terjadi karena buruknya mutu pelayanan rumah sakit dalam hal patient safety, hal ini merupakan langkah awal untuk menurunkan angka kematian bayi di Indonesia.




DAFTAR PUSTAKA


Afifah, Ika Laila. (2010). Pengetahuan, sikap, dan tindakan keluarga pasien tentang pencegahan infeksi nosokomial pada ruang rawat inap kelas iii rumah sakit umum pusat haji adam malik propinsi sumatera utara tahun 2010. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Bappenas. (2010). Laporan perkembangan pencapaian tujuan pembangunan milenium indonesia; menurunkan angka kematian anak. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).
Benedetta, Allegranzi., Sax, H., Richet, H., Bengaly, L., Minta, D.K., et al. (2010). Successful implementation of the world health organization hand hygiene improvement strategy in a referral hospital in mali, africa. Infection Control and Hospital Epidemiology. Vol. 31. No. 2. Hal. 133-141.
Benson, S., & Powers, J. (2011). Your role in infection prevention: nursing made increadible easy. United State of America: Lippicontt Williams & Wilkins.
BKKBN Provinsi Sumatera Selatan. (2013). Survei demografi dan kesehatan indonesia 2012. Provinsi Sumatera Selatan.
Chen. (2007). Effectiveness of hand-washing teaching programs from families of children in paediatric intensive care units. Journal of Clinical Nursing. Doi: 10.1111/j.1365-2702.2006.01665.
Damanik, S.M., Susilaningsih, F.S., Amrullah A.A. (2011). Kepatuhan hand hygiene di rumah sakit immanuel bandung. Bandung: Universitas Padjajaran.
Duerink, D.O. (2006). Preventing nosocomial infections: improving complance with standard precautins in an indonesia teaching hospital. Journal of Hospital Infection. Vol. 64. Hal. 36-43.
Ernawati, Elies., Tasih Tri R., Wiyanto, Satra. (2014). Penerapan hand hygiene perawat di ruang rawat inap rumah sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya. Vol. 28. No. 1. Hal. 89-94.
Fauzia, Siti Sarah., & Handiyani, Hanny. (2014). Tingkat pengetahuan dan perilaku kebersihan tangan pada pengunjung rumah sakit. Depok: Universitas Indonesia.
Franklin, Okechukwu Emeka. (2009). The knowledge and practice of standard precautions among health care workers in public secondary health facilities in abuja. Nigeria: University of South Africa.
Karala, Anend., & Kurniasari, Novita. (2015). Gambaran pelaksanaan cuci tangan pengunjung di bangsal ar royan rs pku muhammadiyah yogyakarta unit ii. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Profil kesehatan indonesia 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Mala, Viya Yanti. (2016). Policy brief; analisa penyebab angka kematian bayi (akb) 2015; intervensi program kkb dalam mencapai sasaran mdg’s. Palembang: Bidang Pelatihan dan Pengembangan Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan.
Metha, A. (2010). Intervention to reduce needlenstick injuries at a tertary  care centre. Indian Journal of Medical Microbiology. Vol. 1. No. 28. Hal. 17-20.
Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Okezone News. (19 Juli 2017). Astaga! Bayi Baru Lahir Ini Meninggal karena Dicium. Diakses Tanggal 18 September 2017 pada https://news.okezone.com/read/2017/07/19/18/1739782/astaga-bayi-baru-lahir-ini-meninggal-karena-dicium.
Pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah. (2014). Kajian angka kematian bayi di kabupaten donggala sulawesi tengah. Yogyakarta: Pusat Kesehatan Reproduksi FK UGM.
Permenkes RI. (2011). Keselamatan pasien rumah sakit. Jakarta: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Potter & Perry. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan; konsep, proses & praktik. Edisi 4. Vol 1. Jakarta: EGC.
Purnomo, Roni. (2016). Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat pelaksana dalam penerapan standard precautions di rsud banyumas. Journal of Nursing and Health (JNH). Vol. 2. No. 1. Hal. 41-45.
Randle, J., Arthur, A., & Vaughan, N. (2010). Twenty-four-hour observational study of hospital hand hygiene compliance. The Journal of Hospital Infection. Vol. 76. No. 3. Hal. 252-255.
Rini, Dwi Setyo., & Pupitasari Nunik. (2014). Hubungan status kesehatan neonatal dengan kematian bayi. Jurnal Biometrika dan Kependudukan. Vol. 3. No. 1. Hal. 73-80.
Rogers, K., Bsn, R.N., Heath, J., Bs, K.A., Ba, L.H., et al. (2009). Improving family and visitors hand hygiene in a pediatric tertiary care hand hygiene before patient care. American Journal of Infection Control. Vol. 39. No. 5.
Rumampuk, Maria Vonny H., Budu., & Nontji, Werna. (2013). Peran kepala ruangan melakukan supervisi perawat dengan penerapan patient safety di ruang rawat inap rumah sakit. Makassar: Universitas Hasanuddin.
Sahara, Ayu. (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dan bidan dalam penerapan kewaspadaan universal / kewaspadaan standar di rumah sakit palang merah indonesia bogor tahun 2011. Depok: Universitas Indonesia.
Sitohang, R. (2016). Hubungan pengawasan kepala ruangan dengan tindakan mencuci tangan perawat di rumah sakit mitra sejati medan. Jurnal Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Hal. 14-26.
Squires, Janet E., Suh, Kathryn N., Linklater, Stefanie., Bruce, Natalie., Gartke, Kathleen., et al. (2013). Improving physician hand hygiene compliance using behavioural theories; a study protocol.
Stright, Barbara R. (2004). Panduan belajar; keperawatan ibu-bayi baru lahir. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Tekereko, M.S. (2011). Do mobile phones of patients, companions and visitors carry multidrug-resistant hospital pathogens? American Journal of Infection Control. Hal. 379-381.
Ward, D. (2012). Attitudes towards the infection prevention and control nurse: an interview study. Journal of Management. Vol. 20. No. 5.
World Health Organization. (2008). Pencegahan dan pengendalian infeksi. Jakarta: Trust Indonesia.
_______________________. (2012a). Levels & trends in child mortality. New York: United Nations Childrenis Fund.
_______________________. (2012b). Prevention of hospital-acquired infections a practical guide. Edisi 2. Department of Communicable Disease, Surveilance, and Response.

0 komentar:

Post a Comment

Your comments will make my days^^

 

Catatan Rianti © 2010 Web Design by Ipietoon Blogger Template and Home Design and Decor