Saturday, April 14, 2018

Orang dengan Epilepsi

Diposkan oleh Unknown di 11:03 pm

OPTIMISME, HARAPAN, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA, DAN KUALITAS HIDUP ORANG DENGAN EPILEPSI


 Aska Primardi dan M. Noor Rochman Hadjam

Jurnal Psikologi Volume 3, No. 2, Juni 2010

 Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada


HASIL RESUME ISI ARTIKEL JURNAL


Epilepsi merupakan penyakit kronis di bidang neurologi. Serangan epilepsi terjadi tiba-tiba dan berulang. Anak yang menderita epilepsi perlu diberikan evaluasi dan terapi karena serangan berulang akan menurunkan kualitas hidup baik fisik, mental, dan sosial. Insiden epilepsi diduga terjadi karena faktor resiko gangguan atau infeksi saraf pusat. Epilepsi, pengaruh obat anti epilepsi, dan faktor psikososial menyebabkan gangguan daya ingat pada pasien epilepsi sehingga terjadi penurunan kualitas hidup. Sebanyak 20% - 50% gangguan daya ingat dialami oleh pasien epilepsi anak di Poliklinik Neuroogi Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Metode yang digunakan untuk mengetahui prevalensi gangguan daya ingat dan pengaruh obat anti epilepsi yaitu peneliti memilih subjek secara konsekutif pada pasien epilepsi anak 6 – 12 tahun yang telah ditegakkan diagnosa epilepsi pada dokter spesialis anak dan sedang tidak menderita retardasi mental dan depresi, mengerti huruf dan angka, dapat menulis, serta mendapat izin orang tua atau wali. Pengaruh lama pengobatan dan jumlah obat anti epilepsi terhadap gangguan daya ingat pasien epilepsi anak dilihat dengan melakukan potong lintang. Subjek diberikan tes daya ingat subtes dari Wechsler Intellegence Scale for Children-III, yaitu tes perhatian dan konsentrasi.
Tes perhatian meliputi tes visual dan verbal. Tes visual menggunakan gambar kucing dan wajah. Pada tes visual gambar kucing, subjek dilatih untuk mencari gambar kucing yang sesuai selama 120 detik. Kemudian dilanjutkan mencari gambar mimik wajah yang sesuai selama 120 detik. Skor tes visual dihitung dengan mengurangi jumlah benar terhadap jumlah salah. Tes verbal dilakukan dengan digit span forward (hitung maju). Subyek diminta menirukan angka dimulai dengan 3 digit angka sampai 9 digit yang dilakukan dua kali. Hasil tes verbal yaitu jumlah digit yang dapat disebutkan dengan urutan yang benar. Tes konsentrasi menggunakan digit span backward (hitung mundur).  Subyek diminta menirukan angka dengan urutan yang terbalik, dimulai dengan 2 digit sampai 8 digit yang dilakukan dua kali. Jumlah digit yang dapat disebutkan dengan urutan terbalik adalah skor tes konsentrasi. Hasil penelitian dideskripsikan dalam median dan sebarannya. Pasien dikatakan mengalami gangguan daya aingat apabila salah satu skor dalam setiap tes yang diperoleh kurang dari median atau kurang dari rata-rata. Uji bivariat dan uji analisis regresi logistik ganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung.
Hasil tes perhatian visual, verbal, konsentrasi, dan daya ingat yang diperoleh pasien epilepsi anak menunjukkan pasien rata-rata tidak mengalami gangguan daya ingat. Sebanyak 44% dari jumlah subjek 50 pasien mengalami gangguan perhatian visual, 18% mengalami gangguan perhatian verbal, 16% pasien mengalami gangguan konsentrasi, dan 46% subjek mengalami gangguan daya ingat. Hasil analisis bivariat menunjukkan peningkatan resiko 10 kali lebih besar lama pengobatan anak >2 tahun diandingkan anak dengan lama pengobatan <2 tahun terhadap terjadinya gangguan perhatian visual. Peningkatan resiko 16 kali  lebih besar terjadi pada lama pengobatan >2 tahun dibandingkan dengan lama pengobatan <2 tahun terhadap terjadinya gangguan konsentrasi. Peningkatan resiko 13 kali lebih besar juga terjadi pada lama pengobatan >2 tahun dibandingkan dengan lama pengobatan <2 tahun terhadap terjadinya gangguan daya ingat Hasil analisis regresi logistik ganda factor obat anti epilepsi yang berpengaruh terhadap gangguan daya ingat, menunjukkan peningkatan resiko 17 kali lebih tinggi pada lama pengobatan >2 tahun dibandingkan lama pengobatan <2 tahun. Umur pasien >8-12 tahun merupakan faktor protektif terjadinya gangguan daya ingat.
Dari penelitian terhadap 50 responden anak dengan epilepsi di Poliklinik Neuroogi Anak RSUD Dr. Moewardi Surakarta, dapat disimpulkan bahwa gangguan memori berhubungan dengan lama pengobatan. Semakin lama pengobatan epilepsi, semakin besar kemungkinan terjadi gangguan memori. Obat anti epilepsi memiliki efek positif dan negatif terhadap kemampuan kognitif pasien epilepsi. Efek positif yang ditimbulkan yaitu berkurangnya frekuensi serangan kejang dan penurunan aktivitas epilepsi di sekitar jaringan normal pada otak, efek modulasi terhadap neurotransmiter, dan efek psikotropika, sehigga dapat meningkatkan kemampuan kognitif dan tingkah laku pasien. Efek negatif obat anti epilepsi dapat terjadi apabila aktivitas pemberian obat dirangsang terus-menerus. Akibatnya, terjadi penurunan aktivitas motorik dan psikomotor,  penurunan perhatian, dan gangguan memori. Gangguan memori akan semakin besar apabila pasien semakin lama mendapat terapi anti epilepsi karena penurunan daya ingat bersifat reversibel dan kumulatif.
Diantara berbagai obat anti epilepsi, yang paling berdampak buruk pada fungsi kognitif dan memori adalah fenobarbital dan fenitoin. Fenobarbital dan fenitoin merupakan obat anti epilepsi generasi lama yang efektif untuk epilepsi fokal. Efek samping fenobarbital yaitu dapat menimbulkan sedasi dan hipnosis. Sedangkan efek samping fenitoin adalah diplopia, nistagmus, ataksia, sukar bicara (slurred speech), dan sedasi sehingga kedua obat anti epilepsi ini mengakibatkan gangguan perhatian dan konsentrasi yang sanagt diperlukan untuk proses registrasi dan pengenalan informasi.
Manusia sejatinya menginginkan hidup yang berkualitas sesuai tahap kembangnya. Kualitas hidup dapat diartikan bermacam-macam apabila dikaitkan dengan tumbuh kembang manusia. Namun, hambatan sering kali muncul dalam pencapaian hidup berkualitas, salah satunya masalah kesehatan, misalnya epilepsi. Epilepsi pada anak tentu akan mempengaruhi kualitas hidup anak tersebut menjadi lebih rendah. Penyebab rendahnya kualitas hidup anak salah satunya adalah emosi dan tingkah laku yang diperankan orang tua mereka. Orang dengan epilepsi (ODE) masih dapat hidup normal dan merasa sejajar dalam masyarakat dengan rutin memperoleh pengobatan yang tepat. Masalah psikologis muncul terhadap ODE yang dipicu oleh gangguan epilepsi, efek saping pengobatan, dan resiko menderita epilepsi. Kemunculan tersebut disebabkan stigma sosial yang negatif sehingga mempengaruhi timbulnya stres melebihi faktor medis dan psikis. Stigma sosial atau label sosial akan memperburuk masalah orang dengan epilepsi.
Upaya untuk meningkatkan kualitas hidup salah satunya dengan optimisme. Seseorang yang optimis selalu menginterpretasikan secara positif segala kejadian sehingga apa yang dia pikirkan dan lakukan dapat terarah dengan baik. Hasil wawancara terhadap ODE di Semarang menunjukkan bahwa ODE memiliki harapan yang tinggi untuk mecapai hidup berkualitas, beraktivitas normal, dan berkurangnya frekuensi serangan. Tinggi rendahnya harapan bergantung pada seberapa besar usaha yang dilakukan dan bagaimana seseorang menjaga pola perilaku sehat. Pencapaian hidup yang baik juga akan berhasil jika mendapat dukungan lingkungan, terutama keluarga. Interaksi dan hubungan dekat yang baik antara keluarga dengan ODE dapat membantu ODE dalam menyelesaikan masalah secara mandiri dan dapat beradaptasi dengan lingkungan masyarakat

0 komentar:

Post a Comment

Your comments will make my days^^

 

Catatan Rianti © 2010 Web Design by Ipietoon Blogger Template and Home Design and Decor