Wednesday, November 11, 2015

Deep Breathing for Blood Pressure in Hypertensive Patients

Diposkan oleh Unknown di 4:30 pm

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI SEDANG-BERAT DI RUANG IRINA C BLU PROF DR R D KANDOU MANADO





Elrita Tawaang, Mulyadi, dan Henry Palandeng

ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi



HASIL ANALISA ISI ARTIKEL JURNAL

Hipertensi (tekanan darah tinggi) menyebabkan otot jantung bekerja lebih kuat sehingga mengalami kelemahan dan berujung pada gagal jantung. Peneliti memilih teknik relaksasi nafas dalam sebagai upaya penurunan upaya tekanan darah pada penderita hipertensi karena jarang melihat penggunaan teknik tersebut di Rumah Sakit Prof. Kondou manado, padahal menurut Heryanto (2004), teknik relaksasi nafas dalam (deep breathing) dapat melatih otot-otot tubuh khususnya otot jantung untuk mempertahankan dan meningkatkan elastisitas dalam memompa darah ke seluruh tubuh.
Berdasarkan hasil penelitian selama dua hari dengan metode quasi eksperimen non-equivalent control group yang melibatkan 15 responden dari kelompok perlakuan/eksperimen dan 15 responden dari kelompok kontrol yang dipilih melalui teknik purpose sampling, disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian teknik relaksasi napas dalam (deep breathing) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi sedang-berat di Ruang Irina C. Blu. Prof. Dr. R. D. Kondou, Manado. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian pada hari ke-1 dan hari ke-2 yang menunjukkan adanya perbedaan tekanan darah sebelum dan setelah dilakukannya teknik relaksasi napas dalam selama 15 menit pada kelompok eksperimen. Sedangkan pada kelompok kontrol, tidak ada perubahan tekanan darah sebelum dan setelah pemberian teknik relaksasi napas dalam.
Peneliti memperoleh hasil rata-rata penurunan tekanan darah (sistolik dan diastolik) melalui analisa bivariat dengan menggunakan uji Wilcoxon. Pada kelompok eksperimen hari pertama, nilai rata-rata tekanan darah sebelum diberikan latihan napas dalam (pre-test) adalah 170,00 mmHg / 101,33 mmHg,  dan nilai rata-rata tekanan darah post-test sebesar 165,77 mmHg / 90,00 mmHg. Pada hari kedua, diperoleh hasil rata-rata tekanan darah pre-test sebesar 156,60 mmHg / 90,00 mmHg dan hasil rata-rata tekanan darah post-test sebesar 149,33 mmHg / 84,00 mmHg. Sedangkan pada kelompok kontrol, hasil rata-rata tekanan darah pre-test dan post-test sebesar 162,00 mmHg / 96,00 mmHg pada hari pertama, dan 154,67 mmHg / 92,00 mmHg pada hari kedua.
Pada kelompok kontrol, meskipun tidak diberikan perlakuan (latihan napas dalam), namun responden tetap diberikan tindakan non farmakologis berupa perubahan perilaku hidup yang lebih sehat sehingga terjadi penurunan tekanan darah antara hari pertama dan hari kedua. Berbeda halnya dengan kelompok eksperimen. Penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok eksperimen yang berlangsung selama dua hari menunjukkan bahwa pemberian tekink relaksasi napas dalam selama 15 menit dalam sehari terbukti efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi sedang-berat.
Hasil penelitian yang menyimpulkan keefektifan relaksasi napas dalam terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi  juga didukung serta diperkuat dengan artikel jurnal yang ditulis oleh Heru Suwardianto dan Erlin Kurnia dengan judul “Pengaruh Terapi Relaksasi Napas Dalam (Deep Breathing) terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri”. Artikel jurnal tersebut bernama Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri, volume 4, nomor 1, diterbitkan pada Juli 2011 dengan ISSN 2085-0921.
Hipertensi dapat mengancam kehidupan dan kesejahteraan penderita apabila tidak sesegera diatasi dengan teknik yang tepat. Tekanan darah yang cukup tinggi pada pembuluh darah indvidu dapat menyebabkan peningkatan denyut jantung dan kontraksi otot-otot jantung yang turut pula mempengaruhi peningkatan curah jantung. Jika hal ini berlangsung lama, maka jantung mengalami hipertrofi dimana fungsi jantung sebagai pemompa darah menjadi tidak maksimal dan berujung pada gagal jantung (infark miokardium).
Dalam hal ini, perawat berperan mengurangi resiko gagal jantung pada penderita hipertensi dan turut meningkatkan derajat kesehatan pasien dengan memberikan intervensi yang mampu dilaksanakan secara mandiri, efektif, efisien dan sesuai dengan tujuan utama alasan pemberian intervensi asuhan keperawatan, yaitu menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi sehingga dapat memberikan dampak yang bermakna pada pasien yang mengalami hipertensi.
Salah satu intervensi yang dapat diimplementasikan oleh perawat yaitu pemberian terapi relaksasi napas dalam (deep breathing) dimana dengan diterapkan tindakan non-farmakologis berupa terapi ini, dapat menurunkan atau mengurangi frekuensi pernapasan dalam satu menit sehingga dapat meningkatakan regangan kardiopulmonari, mengurangi denyut jantung dan daya otot jantung untuk berkontraksi. Curah jantung akan mengalami penurunan dan menyebabkan tekanan darah juga ikut menurun.
Penelitian dengan quasy experiment nonequivalent control group design melibatkan 44 responden yang dipilih menggunakan purposive sampling. Pada kelompok kontrol, peneliti melakukan pengukuran awal tekanan darah dengan uji normalitas menggunakan Shapiro-wilk, diperoleh hasil rata-rata tekanan darah penderita hipertensi di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri sebesar 145,82 mmHg / 90,64 mmHg. Setelah 15 menit kemudian, dilakukan pengukuran ulang terhadap tekanan darah penderita hipertensi kelompok kontrol dengan nilai rata-rata sebesar 145,64 mmHg / 90,55 mmHg.
Peneliti mengukur tekanan darah penderita hipertensi di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri kelompok eksperimen sebelum memberikan terapi relaksasi napas dalam (deep breathing) dan diperoleh nilai rata-rata tekanan darah sebesar 145,09 mmHg / 93,00 mmHg. Setelah dilakukan terapi relaksasi napas dalam (deep breathing), peneliti melakukan pengukuran tekanan darah dengan nilai rata-rata sebesar 136,09 mmHg / 83,00 mmHg.
Hasil penelitian menyatakan adanya perubahan tekanan darah antara tekanan darah awal dan 15 menit setelah pengukuran tekanan darah awal pada penderita hipertensi kelompok kontrol dengan nilai rata-rata penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang terjadi yaitu 0,18 mmHg dan 0,09 mmHg. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi kelompok kontrol di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri.
Berbeda halnya dengan kelompok eksperimen. Hasil penelitian menyatakan ada penurunan tekanan darah yang signifikan sebelum dan sesudah dilakukan terapi relaksasi nafas dalam (deep breathing) pada kelompok ini. Perubahan tekanan darah yang signifikan dengan nilai rata-rata penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang terjadi yaitu 9,00 mmHg dan 10, 00 mmHg. Hal ini membuktikan bahwa terapi relaksasi nafas dalam (deep breathing) terbukti efektif dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi kelompok eksperimen di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kota Kediri.
Perbedaan tekanan darah juga terlihat antara tekanan darah pada kelompok eksperimen sesudah terapi relaksasi nafas dalam (deep breathing) dan pada kelompok kontrol 15 menit setelah pengukuran tekanan darah awal di Puskesmas Wilayah Selatan Kota Kediri. Perbedaan penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok eksperimen sesudah terapi relaksasi nafas dalam (deep breathing) (post-test) memiliki nilai rata-rata penurunan sebesar 50 dan 111,11 kali lebih besar dari pada kelompok kontrol 15 menit setelah pengukuran tekanan darah awal. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya mekanisme kontrol sistem saraf pernafasan yang mempengaruhi kecepatan detak jantung dan perubahan tekanan darah yang menyesuaikan agar sebanding dengan kecepatan pernafasan yang terjadi pada kelompok eksperimen, sedangkan pada penderita hipertensi kelompok kontrol tidak ditemukan hal tersebut. Sehingga tidak ada perbedaan yang berarti dalam penurunan tekanan darah.


KESIMPULAN

Berdasarkan data analisa kedua artikel jurnal, dapat disimpulkan bahwa teknik relaksasi napas dalam (deep breathing) efektif untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi, baik hipertensi sedang maupun berat. Teknik relaksasi nafas dalam (deep breathing) dapat melatih otot-otot tubuh khususnya otot jantung untuk mempertahankan dan meningkatkan elastisitas dalam memompa darah ke seluruh tubuh. Adanya mekanisme kontrol sistem saraf pernafasan dalam teknik relaksasi napas dalam (deep breathing) akan mempengaruhi kecepatan detak jantung dan perubahan tekanan darah.
Teknik relaksasi napas dalam (deep breathing) membuat individu menajdi lebih rileks. Ketika individu dalam keadaan yang tenang, pembuluh darah megalami vasodilatasi sehingga setiap otot jantung memompa darah menghasilkan banyak aliran darah (deras) dan tidak memerlukan tekanan yang maksimal. Teknik relaksasi nafas dalam (deep breathing) merupakan salah satu teknik yang mudah digunakan. Pelaksanaannya pun dapat dilakukan secara mandiri, hanya memerlukan waktu yang singkat dan biaya yang sedikit untuk memperoleh kesehatan yang optimal.

 
MANFAAT UNTUK ILMU KEPERAWATAN

Dengan adanya artikel jurnal ini, dapat meningkatkan pengetahuan perawat tentang cara mengatasi penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan memberikan teknik relaksasi napas dalam (deep breathing). Selain itu, artikel ini juga memberikan gambaran intervensi yang lebih luas terhadap tindakan yang harus dilakukan kepada pasien dengan tekanan darah tinggi.
 

Catatan Rianti © 2010 Web Design by Ipietoon Blogger Template and Home Design and Decor